(BAB 7&8)
DINAMIKA
ORGANISASI
Organisasi
berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian
organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada
perbedaan yang prinsip. Di dalam sebuah organisasi tentu akan terjadi suatu
dinamika dimana menuntut perhatian pengurus dan anggotanya. Dinamika organisasi
yang harus dikelola secara cerdas dan konstruktif ialah terletak pada konflik
yang sering timbul di suatu organisasi, karena dalam kenyataannya konflik tidak
selamanya bersifat destruktif akan tetapi akan mampu meningkatkan produktifitas
suatu organisasi apabila dapat di atasi dan dikelola dengan baik.
PENGERTIAN
KONFLIK
Konflik
biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya masalah-masalah
komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi.
Karakteristik-karakteristik kepribadian tertentu, seperti otoriter atau dogmatis
juga dapat menimbulkan konflik. Arti konflik banyak dikacaukan dengan banyaknya
definisi dan konsepsi yang saling berbeda. Pada hakekatnya konfilk dapat
didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik
antara dua atau lebih pihak. Konflik Organisasi (organizational conflict)
adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok
organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi
sumber daya- sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau
kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai dan persepsi.
JENIS-JENIS
KONFLIK
Ada lima
jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
- Konflik dalam diri individu
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
- Konflik antar individu dalam
organisasi yang sama karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal
ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang
kerja dan lain-lain.
- Konflik antar individu dan
kelompok seringkali berhubungan dengan cara individumenghadapi
tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka
oleh kelompok kerja mereka.
- Konflik antar kelompok dalam
organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak
terjadi di dalam organisasiorganisasi.Konflik antar lini dan staf, pekerja
dan pekerja.
- Konflik antar organisasi konflik
ini biasanya disebut dengan persaingan.
SEBAB-SEBAB
TIMBULNYA KONFLIK
Setelah
mengapa ada konflik, biasanya ada sumber-sumber yang menjadikan konflik
tersebut muncul, secara umum biasanya terjadi karena tersebut dibawah ini:
- Adanya aspirasi yang tidak
ditampung.
- Saling ketergantungan tugas.
- Ketergantungan satu arah.
- Ketidakpuasan, perasaan
ketidakadilan.
- Distorsi komunikasi.
- Tidak ada pedoman.
- Aturan yang kurang jelas.
- Kurang transparannya beberapa
hal.
MENGENDALIKAN
KONFLIK
Konflik agar
tidak mengarah ke destruksi harus bisa dikendalikan, antara lain dengan cara
sebagai berikut:
- Harus sering mengadakan
musyawarah.
- Adanya komunikasi dua arah yang
enak dan luwes.
- Memberi keadilan pada semua
lini.
- Transparan dalam semua hal.
- Ada pedoman yang jelas.
- Ada aturan yang jelas.
- Semua aspirasi dianggap penting
dan dikomunikasikan.
TEORI
MOTIVASI
Motivasi
dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang
akan mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja
akan berpengaruh terhadap performansi pekerja.
Menurut
Hilgard dan Atkinson, tidaklah mudah untuk menjelaskan motifasi sebab :
- Pernyataan motif antar orang
adalah tidak sama, budaya yang berbeda akan menghasilkan ekspresi motif
yang berbeda pula.
- Motif yang tidak sama dapat
diwujudkan dalam berbagai prilaku yang tidak sama.
- Motif yang tidak sama dapat diekspresikan
melalui prilaku yang sama.
- Motif dapat muncul dalam
bentuk-bentuk prilaku yang sulit dijelaskan.
- Suatu ekspresi prilaku dapat
muncul sebagai perwujudan dari berbagai motif.
Berikut ini
dikemukakan huraian mengenai motif yang ada pada manusia sebagai factor
pendorong dari prilaku manusia.
- Motif Kekuasaan Merupakan
kebutuhan manusia untuk memanipulasi manusia lain melalui
keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. Clelland menyimpulkan bahwa motif
kekuasaan dapat berfifat negatif atau positif. Motif kekuasaan yang
bersifat negatif berkaitan dengan kekuasaan seseorang. Sedangkan motif
kekuasaan yang bersifat positif berkaitan dengan kekuasaan social (power
yang dipergunakan untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan kelompok).
- Motif Berprestasi Merupakan
keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas secara sempurna,
atau sukses didalam situasi persaingan (Chelland). Menurut dia, setiap
orang mempunyai kadar n Ach (needs for achievement) yang berlainan.
Karakteristik seseorang yang mempunyai kadar n Ach yang tinggi (high
achiever) adalah :1.Risiko moderat (Moderate Risks) adalah memilih suatu
resiko secara moderat2.Umpan balik segera (Immediate Feedback) adalah
cenderung memilih tugas yang segera dapat memberikan umpan balik mengenai
kemajuan yang telah dicapai dalam mewujudkan tujuan, cenderung memilih
tugas-tugas yang mempunyai criteria performansi yang
spesifik.3.Kesempurnaan (accomplishment) adalah senang dalam pekerjaan
yang dapat memberikan kepuasaan pada dirinya.4.Pemilihan tugas adalah menyelesaikan
pekerjaan yang telah di pilih secara tuntas dengan usaha maiksimum sesuai
dengan kemampuannya.
- Motif Untuk Bergabung Menurut
Schachter motif untuk bergabung dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk
berada bersama orang lain. Kesimpulan ini diperoleh oleh Schachter dari
studinya yang mempelajari hubungan antara rasa takut dengan kebutuhan
berafiliansi.
- Motif Keamanan (Security Motive)
Merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari hambatan atau gangguan yang
akan mengancam keberadaannya. Di dalam sebuah perusahaan misalnya, salah
satu cara untuk menjaga agar para karyawan merasa aman di hari tuanya
kelak, adalah dengan memberikan jaminan hari tua, pesangon, asuransi, dan
sebagainya.
- Motif Status (Status Motive)
Merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai atau menduduki tingkatan
tertentu di dalam sebuah kelompok, organisasi atau masyarakat. Parsons,
seorang ahli sosiologi menyimpulkan adanya beberapa sumber status
seseorang yaitu :
- Keanggotaan di dalam sebuah
keluarga. Misalnya, seorang anggota keluarga yang memperoleh status yang
tinggi oleh karena keluarga tersebut mempunyai status yang tinggi di
lingkungannya.
- Kualitas perseorangan yang
termasuk dalam kualitas perseorangan antara lain karakteristik fisik,
usia, jenis kelamin, kepribadian.
- Prestasi yang dicapai oleh
seseorang dapat mempengaruhi statusnya. Misalnya, pekerja yang
berpendidikan, berpengalaman, mempunyai gelar, dsb.
- Aspek materi dapat mempengaruhi
status seseorang di dalam lingkungannya. Misalnya, jumlah kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang.
- Kekuasaan dan kekuatan (Autoriry
and Power). Dalam suatu organisasi, individu yang memiliki kekuasaan atau
kewenangan yang formal akan memperoleh status yang lebih tinggi.
MOTIVASI/KESIMPULAN
Kebiasaan
selama ini dimana konflik ditempatkan dalam destructive zone perlu direformasi
kedalam dinamis zone. Konflik yang bersifat positif harus dimanage secara
cerdas, tepat dan profesional. Sehingga ada peningkatan performance dan
dinamika organisasi. Akhirnya konflik bisa didesign sebagai “mesin” dinamika
organisasi Adanya konflik jangan dianggap sebagai suatu kemunduran tapi bisa
dianggap sebagai dinamika organisasi dan juga agar organisasi tidak menjadi
stagnan. Dan yang lebih penting lagi untuk belajar bersama dari adanya konflik
tersebut, dengan konflik menjadikan anggota maju dalam berpikir, maju dalam
wawasan, maju dalam wacana dan bisa menghargai beda pendapat. Dan yang terakhir
agar organisasi bisa menjadi “hidup”. Pelaku konflik tidak dianggap sebagai
musuh, pelaku konflik jangan dianggap sebagai perusak organisasi tapi harus
ditempatkan sebagai motor dinamika organisasi.
dinamika konflik
Dinamika
Konflik
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang di bawa individu dalam suatu interaksi.
B. Jenis-Jenis Konflik
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :
§ Person rile conflict : konflik peranan yang terjadi didalam diri seseorang.
§ Inter rule conflict : konflik antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat satu atau lebih fungsi yang saling bertentangan.
§ Intersender conflict : konflik yang timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang.
§ Intrasender conflict : konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan.
Selain pembagian jenis konflik di atas masih ada pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan, yaitu :
¯ Konflik dalam diri individu
¯ Konflik antar individu
¯ Konflik antar individu dan kelompok
¯ Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
¯ Konflik antar organisasi
Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konseptual litteral mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu :
ª Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai
ª Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai
ª Suatu masalah yang tidak tepatan status
ª Perbedaan presepsi
Didalam organisasi terdapat empat bidang structural, dan dibidang itulah konflik sering terjadi, yaitu :
* Konflik hirarkis adalah konflik antar berbagai tingkatan organisasi
* Konflik fungsionala adalah konflik antar berbagai departemen fungsional organisasi
* Konflik lini-staf adalah konflik antara lini dan staf
* Konflik formal informal adalah konflik antara organisasi formal dan organisasi informal.
Secara tradisional pendekatan terhadap konflik organisasional adalah sangat sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan, yaitu :
Konflik dapat di hindarkan
Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau dan primadona
Bentuk-bentuk wewenang legalistic
Korban diterima sebagai hal yang tak dapat dielakkan
Apabila keadaan tidak saling mengerti serta situasi penilaian terhadap perbedaan antar anggota organisasi itu makin parah sehingga konsesus sulit dicapai, sehingga konflik tak terelakkan. Dalam hal ini pimpinan dapat melakukan berbagai tindakan tetapi harus melihat situasi dan kondisinya, yaitu :
Menggunakan kekuasaan
Konfrontasi
Kompromi
Menghaluskan situasi
Mengundurkan diri
Bila dilihat sekilas sepertinya konflik itu sangat sulit untuk dihindari dan diselesaikan, tetapi dalam hal ini jangan beranggapan bahwa dengan adanya konflik berarti organisasi tersebut telah gagal. Karena bagaimanapun sulitnya suatu konflik pasti dapat diselesaikan oleh para anggota dengan melihat persoalan serta mendudukannya pada proporsi yang wajar.
C. Sumber-Sumber Konflik
a. Kebutuhan untuk membagi (sumber daya-sumber daya) yang terbatas
b. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan
c. Saling ketergantungan dalam kegiata-kegiatan kerja
d. Perbedaan nilai-nilai atau presepsi
e. Kemandirian organisasional
f. Gaya-gaya individual
D. Strategi Penyelesaian Konflik
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
SUMBER : http://mohamadkemaludin.wordpress.com/2011/03/20/dinamika-konflik-dan-organisasi/
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang di bawa individu dalam suatu interaksi.
B. Jenis-Jenis Konflik
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :
§ Person rile conflict : konflik peranan yang terjadi didalam diri seseorang.
§ Inter rule conflict : konflik antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat satu atau lebih fungsi yang saling bertentangan.
§ Intersender conflict : konflik yang timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang.
§ Intrasender conflict : konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan.
Selain pembagian jenis konflik di atas masih ada pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan, yaitu :
¯ Konflik dalam diri individu
¯ Konflik antar individu
¯ Konflik antar individu dan kelompok
¯ Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
¯ Konflik antar organisasi
Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konseptual litteral mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu :
ª Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai
ª Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai
ª Suatu masalah yang tidak tepatan status
ª Perbedaan presepsi
Didalam organisasi terdapat empat bidang structural, dan dibidang itulah konflik sering terjadi, yaitu :
* Konflik hirarkis adalah konflik antar berbagai tingkatan organisasi
* Konflik fungsionala adalah konflik antar berbagai departemen fungsional organisasi
* Konflik lini-staf adalah konflik antara lini dan staf
* Konflik formal informal adalah konflik antara organisasi formal dan organisasi informal.
Secara tradisional pendekatan terhadap konflik organisasional adalah sangat sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan, yaitu :
Konflik dapat di hindarkan
Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau dan primadona
Bentuk-bentuk wewenang legalistic
Korban diterima sebagai hal yang tak dapat dielakkan
Apabila keadaan tidak saling mengerti serta situasi penilaian terhadap perbedaan antar anggota organisasi itu makin parah sehingga konsesus sulit dicapai, sehingga konflik tak terelakkan. Dalam hal ini pimpinan dapat melakukan berbagai tindakan tetapi harus melihat situasi dan kondisinya, yaitu :
Menggunakan kekuasaan
Konfrontasi
Kompromi
Menghaluskan situasi
Mengundurkan diri
Bila dilihat sekilas sepertinya konflik itu sangat sulit untuk dihindari dan diselesaikan, tetapi dalam hal ini jangan beranggapan bahwa dengan adanya konflik berarti organisasi tersebut telah gagal. Karena bagaimanapun sulitnya suatu konflik pasti dapat diselesaikan oleh para anggota dengan melihat persoalan serta mendudukannya pada proporsi yang wajar.
C. Sumber-Sumber Konflik
a. Kebutuhan untuk membagi (sumber daya-sumber daya) yang terbatas
b. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan
c. Saling ketergantungan dalam kegiata-kegiatan kerja
d. Perbedaan nilai-nilai atau presepsi
e. Kemandirian organisasional
f. Gaya-gaya individual
D. Strategi Penyelesaian Konflik
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
SUMBER : http://mohamadkemaludin.wordpress.com/2011/03/20/dinamika-konflik-dan-organisasi/
Strategi
Penyelesaian Konflik
DEFINISI
KONFLIK
Konflik
dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of
tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau
lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak,
sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain
sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan
masing-masing. Subtantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan
dengan tujuan
kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes).
Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Definisi lain yaitu sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes).
Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Definisi lain yaitu sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan
penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam
dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Menghindar
1. Menghindar
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi”
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4.
Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5.
Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Mengendalikan
konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan
organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika
organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan
disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan
cara :
- Mempertegas atau menciptakan
tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau
lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit
kerja saja.
- Meminimalkan kondisi
ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara
unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk
koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
- Memperbesar sumber-sumber
organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran
sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
- Membentuk forum bersama untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang
berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya
atas dasar kepentingan yang sama.
- Membentuk sistem banding, dimana
konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan
membuat keputusan.
- Pelembagaan kewenangan formal,
sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang
berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
- Meningkatkan intensitas
interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering
pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan
untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah
kerjasama.
- Me-redesign kriteria
evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap
adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan
balas jasa.
Metode Penyelesaian Konflik
Ada tiga
metode penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau penekanan,
kompromi, dan pemecahan masalah integratif.
Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
- Kekerasan (forcing) yang
bersifat penekanan otokratik.
- Penenangan (smoothing),
merupakan cara yang lebih diplomatis.
- Penghindaran (avoidance) dimana
manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
- Aturan mayoritas (majority
rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan
pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
TINGKAT
KONFLIK (LEVELS OF CONFLICT)
Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam
empat tingkatan:
Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam
empat tingkatan:
- Konflik dalam diri individu itu
sendiri
Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload jitu dimana ia dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana ia harus membuat keputusan yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik. Perspektif di bawah ini mengidentifikasikan empat episode konflik, dikutip dari tulisan Thomas V. Banoma dan Gerald Zaltman dalam buku Psychology for Management:
1. Appriach-approach
conflict, yaitu situasi dimana seseorang harus memilih salah satu di antara
beberapa alternatif yang sarna baiknya.
2. Avoidance-avoidance
conflict, yaitu keadaan dimana seseorang terpaksa memilih salah satu di antara
beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya.
3. Approach-avoidance
conflict, merupakan suatu situasi dimana seseorang terdorong oleh keinginan
yang kuat untuk mencapai satu tujuan, tetapi di sisi lain secara simultan
selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak menguntungkan yang
tidak bisa lepas dari proses pencapaian tujuan itu sendiri.
4. Multiple
aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi dimana seseorang terpaksa
dihadapkan pada kasus kombinasi ganda dari approach-avoidance conflict.
- Konflik interpersonal, yang
merupakan konflik antara satu individual dengan individual yang lain.
Konflik interpersonal dapat berbentuk substantive maupun emotional, bahkan
merupakan kasus utama dari konflik yang dihadapi oleh para manajer dalam
hal hubungan interpersonal sebagai bagian dari tugas manajerial itu
sendiri
- Konflik intergrup
Konflik intergrup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun, dan konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan integrup harus di-manage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari semua konsekuensidisfungsional dari setiap konflik yang mungkin timbul.
- Konflik interorganisasi
Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang timbul di antara perusahaan-perusahaan swasta. Konflik interorganisasi sebenarnya berkaitan dengan isu yang lebih besar lagi, contohnya persetisihan antara serikat buruh dengan perusahaan. Dalam setiap kasus, potensi terjadinya konflik melibatkan individual yang mewakili organisasi secara keseluruhan, bukan hanya subunit internal atau group
FAKTOR
PENYEBAB KONFLIK
1. Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah
individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang
berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu
hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik
sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda.
4.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang
berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan
bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Asumsi
setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.
Terdapat 5
kecenderungan:
- Penolakan: konflik menyebabkan
tidak nyaman
- Kompetisi: konflik memunculkan
pemenang
- Kompromi: ada kompromi &
negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian
- Akomodasi: ada pengorbanan
tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
- Kolaborasi: mementingkan
dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja bersama-sama.
Sumber :
B. Jenis-Jenis
Konflik
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :
- Person rile conflict : konflik
peranan yang terjadi didalam diri seseorang.
- Inter rule conflict : konflik
antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat satu atau
lebih fungsi yang saling bertentangan.
- Intersender conflict : konflik
yang timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang.
- § Intrasender conflict :
konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling
bertentangan.
D. Strategi
Penyelesaian Konflik
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
http://mohamadkemaludin.wordpress.com/2011/03/20/dinamika-konflik-dan-organisasi/
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
http://mohamadkemaludin.wordpress.com/2011/03/20/dinamika-konflik-dan-organisasi/
MOTIVASI
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan YDouglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasiadalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
TEORI TEORI MOTIVASI
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukanatau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana ataukeinginan
untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata
lainmotivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yangmempunyai
motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesandalam
kehidupan..Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic
dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifatintinsik adalah manakala
sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,orang tersebut
mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karenarangsangan
lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang
melakukanhobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuatseorang
termotivasi seperti status ataupun kompensasi.Banyak teori motivasi yang
dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untukmemberikan uraian yang menuju
pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan
dapatmenjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teorimotivasi
ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori
keadilan,teoriharapan,teori penetapan sasaran.
A. TEORI
MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)
braham Maslo!
"#$%&'#$()* mengemukakan
bah!a pada dasarnya semua
manusiamemiliki kebutuhan pokok. +a menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terba!ah. Lima tingkat kebutuhan itudikenal
dengan sebutan irarki -ebutuhan
Maslo!, dimulai dari kebutuhan biologisdasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks' yang hanya akan penting setelahkebutuhan dasar terpenuhi. -ebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhisebagian sebelum kebutuhan pada peringkat
berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.


-ebutuhan
fisiologis "rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya* -ebutuhan rasa aman "merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya* -ebutuhan akan
rasa cinta dan rasa memiliki "berafiliasi dengan orang lain, diterima,memiliki* -ebutuhan akan penghargaan "berprestasi,
berkompetensi, dan mendapatkan dukunganserta pengakuan* -ebutuhan aktualisasi diri "kebutuhan kognitif/ mengetahui, memahami, danmenjelajahi' kebutuhan estetik/ keserasian, keteraturan, dan keindahan' kebutuhanaktualisasi diri/ mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya*Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akanmendominasi
tindakan seseorang dan motif0motif yang lebih tinggi akan menjadi
kurangsignifikan. 1rang hanya akan mempunyai !aktu dan energi untuk menekuni minatestetika
dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan
mudah.-arya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang
anggotanyamasih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa
aman.
B. TEORI
MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut er2berg "#$33*, ada dua jenis faktor yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itudisebutnya
faktorhigiene "faktor ekstrinsik* dan faktor motivator "faktor
intrinsik*. 4aktorhigiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnyaadalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan,
dan sebagainya "faktorekstrinsik*, sedangkan faktor motivator memotivasi
seseorang untuk berusaha mencapai
ktualisasi
diri penghargaansosialkeamanan4aali


kepuasan,
yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan
tingkatkehidupan, dsb "faktor intrinsik*.
C. TEORI
MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori "negative* dan teori y"positif*,
Menurut teori 6 empat pengandaian yag dipegang manajer a.karya!an secara
inheren tertanam dalam dirinya tidak
menyukai kerja b.karya!an tidak menyukai kerja mereka harus dia!asi atau diancam denganhukuman
untuk mencapai tujuan.c.-arya!an akan menghindari tanggung ja!ab.d.-ebanyakan
karya!an menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkandengan
kerja.-ontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat
teori 7 /a.karya!an dapat memandang kerjasama
dengan se!ajarnya seperti istirahat dan bermain. b.1rang
akan menjalankan pengarahan diri dan penga!asan diri jika
mereka komit pada sasaran.c.8ata rata orang akan menerima tanggung
ja!ab.d.-emampuan untuk men(BAB 7&8)
DINAMIKA
ORGANISASI
Organisasi
berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian
organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada
perbedaan yang prinsip. Di dalam sebuah organisasi tentu akan terjadi suatu
dinamika dimana menuntut perhatian pengurus dan anggotanya. Dinamika organisasi
yang harus dikelola secara cerdas dan konstruktif ialah terletak pada konflik
yang sering timbul di suatu organisasi, karena dalam kenyataannya konflik tidak
selamanya bersifat destruktif akan tetapi akan mampu meningkatkan produktifitas
suatu organisasi apabila dapat di atasi dan dikelola dengan baik.
PENGERTIAN
KONFLIK
Konflik
biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya masalah-masalah
komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi.
Karakteristik-karakteristik kepribadian tertentu, seperti otoriter atau dogmatis
juga dapat menimbulkan konflik. Arti konflik banyak dikacaukan dengan banyaknya
definisi dan konsepsi yang saling berbeda. Pada hakekatnya konfilk dapat
didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik
antara dua atau lebih pihak. Konflik Organisasi (organizational conflict)
adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok
organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi
sumber daya- sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau
kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai dan persepsi.
JENIS-JENIS
KONFLIK
Ada lima
jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
- Konflik dalam diri individu
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
- Konflik antar individu dalam
organisasi yang sama karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal
ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang
kerja dan lain-lain.
- Konflik antar individu dan
kelompok seringkali berhubungan dengan cara individumenghadapi
tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka
oleh kelompok kerja mereka.
- Konflik antar kelompok dalam
organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak
terjadi di dalam organisasiorganisasi.Konflik antar lini dan staf, pekerja
dan pekerja.
- Konflik antar organisasi konflik
ini biasanya disebut dengan persaingan.
SEBAB-SEBAB
TIMBULNYA KONFLIK
Setelah
mengapa ada konflik, biasanya ada sumber-sumber yang menjadikan konflik
tersebut muncul, secara umum biasanya terjadi karena tersebut dibawah ini:
- Adanya aspirasi yang tidak
ditampung.
- Saling ketergantungan tugas.
- Ketergantungan satu arah.
- Ketidakpuasan, perasaan
ketidakadilan.
- Distorsi komunikasi.
- Tidak ada pedoman.
- Aturan yang kurang jelas.
- Kurang transparannya beberapa
hal.
MENGENDALIKAN
KONFLIK
Konflik agar
tidak mengarah ke destruksi harus bisa dikendalikan, antara lain dengan cara
sebagai berikut:
- Harus sering mengadakan
musyawarah.
- Adanya komunikasi dua arah yang
enak dan luwes.
- Memberi keadilan pada semua
lini.
- Transparan dalam semua hal.
- Ada pedoman yang jelas.
- Ada aturan yang jelas.
- Semua aspirasi dianggap penting
dan dikomunikasikan.
TEORI
MOTIVASI
Motivasi
dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang
akan mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja
akan berpengaruh terhadap performansi pekerja.
Menurut
Hilgard dan Atkinson, tidaklah mudah untuk menjelaskan motifasi sebab :
- Pernyataan motif antar orang
adalah tidak sama, budaya yang berbeda akan menghasilkan ekspresi motif
yang berbeda pula.
- Motif yang tidak sama dapat
diwujudkan dalam berbagai prilaku yang tidak sama.
- Motif yang tidak sama dapat diekspresikan
melalui prilaku yang sama.
- Motif dapat muncul dalam
bentuk-bentuk prilaku yang sulit dijelaskan.
- Suatu ekspresi prilaku dapat
muncul sebagai perwujudan dari berbagai motif.
Berikut ini
dikemukakan huraian mengenai motif yang ada pada manusia sebagai factor
pendorong dari prilaku manusia.
- Motif Kekuasaan Merupakan
kebutuhan manusia untuk memanipulasi manusia lain melalui
keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. Clelland menyimpulkan bahwa motif
kekuasaan dapat berfifat negatif atau positif. Motif kekuasaan yang
bersifat negatif berkaitan dengan kekuasaan seseorang. Sedangkan motif
kekuasaan yang bersifat positif berkaitan dengan kekuasaan social (power
yang dipergunakan untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan kelompok).
- Motif Berprestasi Merupakan
keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas secara sempurna,
atau sukses didalam situasi persaingan (Chelland). Menurut dia, setiap
orang mempunyai kadar n Ach (needs for achievement) yang berlainan.
Karakteristik seseorang yang mempunyai kadar n Ach yang tinggi (high
achiever) adalah :1.Risiko moderat (Moderate Risks) adalah memilih suatu
resiko secara moderat2.Umpan balik segera (Immediate Feedback) adalah
cenderung memilih tugas yang segera dapat memberikan umpan balik mengenai
kemajuan yang telah dicapai dalam mewujudkan tujuan, cenderung memilih
tugas-tugas yang mempunyai criteria performansi yang
spesifik.3.Kesempurnaan (accomplishment) adalah senang dalam pekerjaan
yang dapat memberikan kepuasaan pada dirinya.4.Pemilihan tugas adalah menyelesaikan
pekerjaan yang telah di pilih secara tuntas dengan usaha maiksimum sesuai
dengan kemampuannya.
- Motif Untuk Bergabung Menurut
Schachter motif untuk bergabung dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk
berada bersama orang lain. Kesimpulan ini diperoleh oleh Schachter dari
studinya yang mempelajari hubungan antara rasa takut dengan kebutuhan
berafiliansi.
- Motif Keamanan (Security Motive)
Merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari hambatan atau gangguan yang
akan mengancam keberadaannya. Di dalam sebuah perusahaan misalnya, salah
satu cara untuk menjaga agar para karyawan merasa aman di hari tuanya
kelak, adalah dengan memberikan jaminan hari tua, pesangon, asuransi, dan
sebagainya.
- Motif Status (Status Motive)
Merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai atau menduduki tingkatan
tertentu di dalam sebuah kelompok, organisasi atau masyarakat. Parsons,
seorang ahli sosiologi menyimpulkan adanya beberapa sumber status
seseorang yaitu :
- Keanggotaan di dalam sebuah
keluarga. Misalnya, seorang anggota keluarga yang memperoleh status yang
tinggi oleh karena keluarga tersebut mempunyai status yang tinggi di
lingkungannya.
- Kualitas perseorangan yang
termasuk dalam kualitas perseorangan antara lain karakteristik fisik,
usia, jenis kelamin, kepribadian.
- Prestasi yang dicapai oleh
seseorang dapat mempengaruhi statusnya. Misalnya, pekerja yang
berpendidikan, berpengalaman, mempunyai gelar, dsb.
- Aspek materi dapat mempengaruhi
status seseorang di dalam lingkungannya. Misalnya, jumlah kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang.
- Kekuasaan dan kekuatan (Autoriry
and Power). Dalam suatu organisasi, individu yang memiliki kekuasaan atau
kewenangan yang formal akan memperoleh status yang lebih tinggi.
MOTIVASI/KESIMPULAN
Kebiasaan
selama ini dimana konflik ditempatkan dalam destructive zone perlu direformasi
kedalam dinamis zone. Konflik yang bersifat positif harus dimanage secara
cerdas, tepat dan profesional. Sehingga ada peningkatan performance dan
dinamika organisasi. Akhirnya konflik bisa didesign sebagai “mesin” dinamika
organisasi Adanya konflik jangan dianggap sebagai suatu kemunduran tapi bisa
dianggap sebagai dinamika organisasi dan juga agar organisasi tidak menjadi
stagnan. Dan yang lebih penting lagi untuk belajar bersama dari adanya konflik
tersebut, dengan konflik menjadikan anggota maju dalam berpikir, maju dalam
wawasan, maju dalam wacana dan bisa menghargai beda pendapat. Dan yang terakhir
agar organisasi bisa menjadi “hidup”. Pelaku konflik tidak dianggap sebagai
musuh, pelaku konflik jangan dianggap sebagai perusak organisasi tapi harus
ditempatkan sebagai motor dinamika organisasi.
dinamika konflik
Dinamika
Konflik
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang di bawa individu dalam suatu interaksi.
B. Jenis-Jenis Konflik
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :
§ Person rile conflict : konflik peranan yang terjadi didalam diri seseorang.
§ Inter rule conflict : konflik antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat satu atau lebih fungsi yang saling bertentangan.
§ Intersender conflict : konflik yang timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang.
§ Intrasender conflict : konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan.
Selain pembagian jenis konflik di atas masih ada pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan, yaitu :
¯ Konflik dalam diri individu
¯ Konflik antar individu
¯ Konflik antar individu dan kelompok
¯ Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
¯ Konflik antar organisasi
Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konseptual litteral mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu :
ª Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai
ª Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai
ª Suatu masalah yang tidak tepatan status
ª Perbedaan presepsi
Didalam organisasi terdapat empat bidang structural, dan dibidang itulah konflik sering terjadi, yaitu :
* Konflik hirarkis adalah konflik antar berbagai tingkatan organisasi
* Konflik fungsionala adalah konflik antar berbagai departemen fungsional organisasi
* Konflik lini-staf adalah konflik antara lini dan staf
* Konflik formal informal adalah konflik antara organisasi formal dan organisasi informal.
Secara tradisional pendekatan terhadap konflik organisasional adalah sangat sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan, yaitu :
Konflik dapat di hindarkan
Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau dan primadona
Bentuk-bentuk wewenang legalistic
Korban diterima sebagai hal yang tak dapat dielakkan
Apabila keadaan tidak saling mengerti serta situasi penilaian terhadap perbedaan antar anggota organisasi itu makin parah sehingga konsesus sulit dicapai, sehingga konflik tak terelakkan. Dalam hal ini pimpinan dapat melakukan berbagai tindakan tetapi harus melihat situasi dan kondisinya, yaitu :
Menggunakan kekuasaan
Konfrontasi
Kompromi
Menghaluskan situasi
Mengundurkan diri
Bila dilihat sekilas sepertinya konflik itu sangat sulit untuk dihindari dan diselesaikan, tetapi dalam hal ini jangan beranggapan bahwa dengan adanya konflik berarti organisasi tersebut telah gagal. Karena bagaimanapun sulitnya suatu konflik pasti dapat diselesaikan oleh para anggota dengan melihat persoalan serta mendudukannya pada proporsi yang wajar.
C. Sumber-Sumber Konflik
a. Kebutuhan untuk membagi (sumber daya-sumber daya) yang terbatas
b. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan
c. Saling ketergantungan dalam kegiata-kegiatan kerja
d. Perbedaan nilai-nilai atau presepsi
e. Kemandirian organisasional
f. Gaya-gaya individual
D. Strategi Penyelesaian Konflik
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
SUMBER : http://mohamadkemaludin.wordpress.com/2011/03/20/dinamika-konflik-dan-organisasi/
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang di bawa individu dalam suatu interaksi.
B. Jenis-Jenis Konflik
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :
§ Person rile conflict : konflik peranan yang terjadi didalam diri seseorang.
§ Inter rule conflict : konflik antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat satu atau lebih fungsi yang saling bertentangan.
§ Intersender conflict : konflik yang timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang.
§ Intrasender conflict : konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan.
Selain pembagian jenis konflik di atas masih ada pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan, yaitu :
¯ Konflik dalam diri individu
¯ Konflik antar individu
¯ Konflik antar individu dan kelompok
¯ Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
¯ Konflik antar organisasi
Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konseptual litteral mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu :
ª Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai
ª Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai
ª Suatu masalah yang tidak tepatan status
ª Perbedaan presepsi
Didalam organisasi terdapat empat bidang structural, dan dibidang itulah konflik sering terjadi, yaitu :
* Konflik hirarkis adalah konflik antar berbagai tingkatan organisasi
* Konflik fungsionala adalah konflik antar berbagai departemen fungsional organisasi
* Konflik lini-staf adalah konflik antara lini dan staf
* Konflik formal informal adalah konflik antara organisasi formal dan organisasi informal.
Secara tradisional pendekatan terhadap konflik organisasional adalah sangat sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan, yaitu :
Konflik dapat di hindarkan
Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau dan primadona
Bentuk-bentuk wewenang legalistic
Korban diterima sebagai hal yang tak dapat dielakkan
Apabila keadaan tidak saling mengerti serta situasi penilaian terhadap perbedaan antar anggota organisasi itu makin parah sehingga konsesus sulit dicapai, sehingga konflik tak terelakkan. Dalam hal ini pimpinan dapat melakukan berbagai tindakan tetapi harus melihat situasi dan kondisinya, yaitu :
Menggunakan kekuasaan
Konfrontasi
Kompromi
Menghaluskan situasi
Mengundurkan diri
Bila dilihat sekilas sepertinya konflik itu sangat sulit untuk dihindari dan diselesaikan, tetapi dalam hal ini jangan beranggapan bahwa dengan adanya konflik berarti organisasi tersebut telah gagal. Karena bagaimanapun sulitnya suatu konflik pasti dapat diselesaikan oleh para anggota dengan melihat persoalan serta mendudukannya pada proporsi yang wajar.
C. Sumber-Sumber Konflik
a. Kebutuhan untuk membagi (sumber daya-sumber daya) yang terbatas
b. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan
c. Saling ketergantungan dalam kegiata-kegiatan kerja
d. Perbedaan nilai-nilai atau presepsi
e. Kemandirian organisasional
f. Gaya-gaya individual
D. Strategi Penyelesaian Konflik
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
SUMBER : http://mohamadkemaludin.wordpress.com/2011/03/20/dinamika-konflik-dan-organisasi/
Strategi
Penyelesaian Konflik
DEFINISI
KONFLIK
Konflik
dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of
tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau
lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak,
sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain
sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan
masing-masing. Subtantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan
dengan tujuan
kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes).
Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Definisi lain yaitu sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes).
Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Definisi lain yaitu sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan
penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam
dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Menghindar
1. Menghindar
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi”
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4.
Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5.
Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Mengendalikan
konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan
organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika
organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan
disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan
cara :
- Mempertegas atau menciptakan
tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau
lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit
kerja saja.
- Meminimalkan kondisi
ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara
unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk
koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
- Memperbesar sumber-sumber
organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran
sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
- Membentuk forum bersama untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang
berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya
atas dasar kepentingan yang sama.
- Membentuk sistem banding, dimana
konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan
membuat keputusan.
- Pelembagaan kewenangan formal,
sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang
berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
- Meningkatkan intensitas
interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering
pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan
untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah
kerjasama.
- Me-redesign kriteria
evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap
adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan
balas jasa.
Metode Penyelesaian Konflik
Ada tiga
metode penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau penekanan,
kompromi, dan pemecahan masalah integratif.
Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
- Kekerasan (forcing) yang
bersifat penekanan otokratik.
- Penenangan (smoothing),
merupakan cara yang lebih diplomatis.
- Penghindaran (avoidance) dimana
manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
- Aturan mayoritas (majority
rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan
pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
TINGKAT
KONFLIK (LEVELS OF CONFLICT)
Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam
empat tingkatan:
Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam
empat tingkatan:
- Konflik dalam diri individu itu
sendiri
Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload jitu dimana ia dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana ia harus membuat keputusan yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik. Perspektif di bawah ini mengidentifikasikan empat episode konflik, dikutip dari tulisan Thomas V. Banoma dan Gerald Zaltman dalam buku Psychology for Management:
1. Appriach-approach
conflict, yaitu situasi dimana seseorang harus memilih salah satu di antara
beberapa alternatif yang sarna baiknya.
2. Avoidance-avoidance
conflict, yaitu keadaan dimana seseorang terpaksa memilih salah satu di antara
beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya.
3. Approach-avoidance
conflict, merupakan suatu situasi dimana seseorang terdorong oleh keinginan
yang kuat untuk mencapai satu tujuan, tetapi di sisi lain secara simultan
selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak menguntungkan yang
tidak bisa lepas dari proses pencapaian tujuan itu sendiri.
4. Multiple
aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi dimana seseorang terpaksa
dihadapkan pada kasus kombinasi ganda dari approach-avoidance conflict.
- Konflik interpersonal, yang
merupakan konflik antara satu individual dengan individual yang lain.
Konflik interpersonal dapat berbentuk substantive maupun emotional, bahkan
merupakan kasus utama dari konflik yang dihadapi oleh para manajer dalam
hal hubungan interpersonal sebagai bagian dari tugas manajerial itu
sendiri
- Konflik intergrup
Konflik intergrup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun, dan konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan integrup harus di-manage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari semua konsekuensidisfungsional dari setiap konflik yang mungkin timbul.
- Konflik interorganisasi
Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang timbul di antara perusahaan-perusahaan swasta. Konflik interorganisasi sebenarnya berkaitan dengan isu yang lebih besar lagi, contohnya persetisihan antara serikat buruh dengan perusahaan. Dalam setiap kasus, potensi terjadinya konflik melibatkan individual yang mewakili organisasi secara keseluruhan, bukan hanya subunit internal atau group
FAKTOR
PENYEBAB KONFLIK
1. Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah
individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang
berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu
hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik
sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda.
4.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang
berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan
bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Asumsi
setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.
Terdapat 5
kecenderungan:
- Penolakan: konflik menyebabkan
tidak nyaman
- Kompetisi: konflik memunculkan
pemenang
- Kompromi: ada kompromi &
negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian
- Akomodasi: ada pengorbanan
tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
- Kolaborasi: mementingkan
dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja bersama-sama.
Sumber :
B. Jenis-Jenis
Konflik
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :
- Person rile conflict : konflik
peranan yang terjadi didalam diri seseorang.
- Inter rule conflict : konflik
antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat satu atau
lebih fungsi yang saling bertentangan.
- Intersender conflict : konflik
yang timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang.
- § Intrasender conflict :
konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling
bertentangan.
D. Strategi
Penyelesaian Konflik
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
http://mohamadkemaludin.wordpress.com/2011/03/20/dinamika-konflik-dan-organisasi/
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
http://mohamadkemaludin.wordpress.com/2011/03/20/dinamika-konflik-dan-organisasi/
MOTIVASI
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan YDouglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasiadalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
TEORI TEORI MOTIVASI
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukanatau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana ataukeinginan
untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata
lainmotivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yangmempunyai
motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesandalam
kehidupan..Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic
dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifatintinsik adalah manakala
sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,orang tersebut
mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karenarangsangan
lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang
melakukanhobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuatseorang
termotivasi seperti status ataupun kompensasi.Banyak teori motivasi yang
dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untukmemberikan uraian yang menuju
pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan
dapatmenjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teorimotivasi
ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori
keadilan,teoriharapan,teori penetapan sasaran.
A. TEORI
MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)
braham Maslo!
"#$%&'#$()* mengemukakan
bah!a pada dasarnya semua
manusiamemiliki kebutuhan pokok. +a menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terba!ah. Lima tingkat kebutuhan itudikenal
dengan sebutan irarki -ebutuhan
Maslo!, dimulai dari kebutuhan biologisdasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks' yang hanya akan penting setelahkebutuhan dasar terpenuhi. -ebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhisebagian sebelum kebutuhan pada peringkat
berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.


-ebutuhan
fisiologis "rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya* -ebutuhan rasa aman "merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya* -ebutuhan akan
rasa cinta dan rasa memiliki "berafiliasi dengan orang lain, diterima,memiliki* -ebutuhan akan penghargaan "berprestasi,
berkompetensi, dan mendapatkan dukunganserta pengakuan* -ebutuhan aktualisasi diri "kebutuhan kognitif/ mengetahui, memahami, danmenjelajahi' kebutuhan estetik/ keserasian, keteraturan, dan keindahan' kebutuhanaktualisasi diri/ mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya*Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akanmendominasi
tindakan seseorang dan motif0motif yang lebih tinggi akan menjadi
kurangsignifikan. 1rang hanya akan mempunyai !aktu dan energi untuk menekuni minatestetika
dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan
mudah.-arya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang
anggotanyamasih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa
aman.
B. TEORI
MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut er2berg "#$33*, ada dua jenis faktor yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itudisebutnya
faktorhigiene "faktor ekstrinsik* dan faktor motivator "faktor
intrinsik*. 4aktorhigiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnyaadalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan,
dan sebagainya "faktorekstrinsik*, sedangkan faktor motivator memotivasi
seseorang untuk berusaha mencapai
ktualisasi
diri penghargaansosialkeamanan4aali


kepuasan,
yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan
tingkatkehidupan, dsb "faktor intrinsik*.
C. TEORI
MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori "negative* dan teori y"positif*,
Menurut teori 6 empat pengandaian yag dipegang manajer a.karya!an secara
inheren tertanam dalam dirinya tidak
menyukai kerja b.karya!an tidak menyukai kerja mereka harus dia!asi atau diancam denganhukuman
untuk mencapai tujuan.c.-arya!an akan menghindari tanggung ja!ab.d.-ebanyakan
karya!an menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkandengan
kerja.-ontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat
teori 7 /a.karya!an dapat memandang kerjasama
dengan se!ajarnya seperti istirahat dan bermain. b.1rang
akan menjalankan pengarahan diri dan penga!asan diri jika
mereka komit pada sasaran.c.8ata rata orang akan menerima tanggung
ja!ab.d.-emampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
D. TEORI
MOTIVASI VROOM (1964)
9eori dari
:room "#$3%* tentang cognitive theory of motivation
menjelaskanmengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapatmelakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut:room, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu/ ;kspektasi "harapan* keberhasilan pada
suatu tugas +nstrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalammelakukan suatu tugas "keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu*. :alensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
gambil keputusan inovatif.
D. TEORI
MOTIVASI VROOM (1964)
9eori dari
:room "#$3%* tentang cognitive theory of motivation
menjelaskanmengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapatmelakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut:room, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu/ ;kspektasi "harapan* keberhasilan pada
suatu tugas +nstrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalammelakukan suatu tugas "keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu*. :alensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar