PERTENTANGAN
SOSIAL & INTEGRASI MASYARAKAT
INTEGRASI SOSIAL
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang
berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai
sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam
kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang
memilki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi
adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap
komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2
pengertian, yaitu :
1.Pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan social dalam suatu sistem sosial tertentu
2.Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur
tertentu.
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika
yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah
unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan
agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa
tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut
pandangan para penganut funsionalisma struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas
tumbuhnya consensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat
tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota
masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial
(cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan
sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya
loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap
berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat
terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara
berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar
masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai,
norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Adapun
cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1. Elimination; yaitu
pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan
dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok
kami sendiri
2. Subjugation atau
domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3. Mjority Rule
artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent;
artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak
merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan
bersama
5. Compromise;
artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha
mencari dan mendapatkan jalan tengah
6. Integration;
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi
semua pihak
Pertentangan atau
ketegangan adalah tingkah laku yang berdasarkan emosi. Tiga ciri situasi
pertentangan yaitu:
1. ada beberapa
bagian yang ada dalam konflik
2. adanya
interaksi yang menyebabkan perbedaan
3. adanya
perbedaan antara kebutuhan, tujuan, nilai dll
GOLONGAN
BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat
indonesia adalah masyarakat yang majemuk, msyarakat majemuk itu dipersatukan
oleh sistem nasional negara indonesia. Aspek kemasyarakatan yang
mempersatukannya antara lain :
Suku bangsa dan kebudayaannya
2. Agama
3. Bahasa,
4. Nasion Indonesia
2. Agama
3. Bahasa,
4. Nasion Indonesia
Bentuk
Integrasi Sosial
Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa
menghilangkan kebudayaan asli.
Faktor-Faktor
Pendorong
A. Faktor
Internal :
kesadaran diri
sebagai makhluk sosial
tuntutan kebutuhan
jiwa dan semangat
gotong royong
B. Faktor
External :
tuntutan perkembangan
zaman
persamaan kebudayaan
terbukanya kesempatan
berpartisipasi dalam kehidupan bersama
persaman visi, misi,
dan tujuan
sikap toleransi
adanya kosensus nilai
adanya tantangan dari
luar
Syarat Berhasilnya
Integrasi Sosial :
1. Untuk meningkatkan
Integrasi Sosial, Maka pada diri masing-masing harus mengendalikan
perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap warga
masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang
lainnya.
Konflik/Pertentangan
Konflik/Pertentangan berasal
dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatuinteraksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan
dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus
di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Penyebab
terjadinya konflik/Pertentangan dimasyarakat
1. Perbedaan
Kepentingan
Kepentingan
merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah
laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini
bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri.
Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas
dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun
bagi lingkungannya.
Individu
yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan
pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti
bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik
jasmani maupun rohaninya. Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan
pada setiap individu, seperti:
1. Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan
individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan
individu untuk dibutuhkan orang lain.
6. Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelomponya.
7. Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan
individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam hal diatas
menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya
akan melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu
konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan
pelaksanaan. Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan
terjadinya konflik tetapi ada beberapa fase, yaitu Fase
Disorganisasi dan Fase
2. Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
2. Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
a. Prasangka dan
diskriminasi
Prasangka
dan Diskriminasi dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi
masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang memilikinya.
Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia, membuat sikap cenderung
membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka. Apabila individu
mempunyai prasangka dan biasanya bersifat diskriminatif terhadap ras yang diprasangka.
Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan, biasanya orang
yang bersangkutan mencoba mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang belum tentu
salah, dan akhirnya dibarengi dengan sifat Justifikasi diri, yaitu
pembenaran diri terhadap semua tingkah laku diri.
b. Perbedaan
Prasangka dan diskriminasi
Perbedaan Prasangka
dan Diskriminasi, prasangka adalah sifat negative terhadap sesuatu. Dalam
kondisi prasangka untuk menggapai akumulasi materi tertentu atau untuk status
sosial bagi suatu individu atau suatu. Seorang yang berprasangka rasial
biasanya bertindak diskriminasi terhadap rasa yang diprasangka.
c. Sebab-sebab timbulnya Prasangka dan Diskriminatif
c. Sebab-sebab timbulnya Prasangka dan Diskriminatif
1. Latar belakang
sejarah.
Misalnya
: bangsa kita masih menganggap bangsa Belanda adalah bangsa penjajah.Ini
dilatarbelakangi karena pada masa lampau Bangsa Belanda menjajah Indonesia
selama kurang lebih 3,5 abad.
2. Dilatar belakangi
oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
Apabila
prasangka bisa berkembang lebih jauh sebagai akibat adanya jurang pemisah
antara kelompok orang kaya dengan orang miskin.
3. Bersumber dari
faktor kepribadian
Bersifat
prasangka merupakan gambaran sifat seseorang. Tipe authorian personality adalah
sebagian ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka, dengan ciri-ciri
bersifat konservatif dan tertutup.
4. Perbedaan
keyakinan, kepercayaan, dan agama.
Banyak
sekali konflik yang ditimbulkan karean agama. Seperti yang kita alami sekarang
diseluruh penjuru dunia.
Teori mengenai ilmu pengetahuan
Ada keseragaman pendapat di kalangan ilmuwan bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum, dan akumulatif.
Menurut Aristoteles: pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi; menurut Decartes: ilmu pengetahuan merupakan serba budi; Bacon danDavid Home: ilmu pengetahuan merupakan pengalaman indera dan batin; ImmanuelKent: Pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan menurut teoriPhyroo: mengatakan tidak ada kepastian dalam pengetahuan.
Dari berbagai macam pandangan diatas diperoleh teori-teori kebenaran pengetahuan:
- Teori yang bertitik tolah adanya hubungan dalil à teori ini menjelaskan dimana pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil yang terdahulu.
- Pengetahuan benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan.
- Pengetahuan benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.
A. Objek Material
Sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh
B. Objek Formal
Sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan yang dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berfikir analitis, sintesis, induktif, dan deduktif yang berujuk pada pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencarai berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah yaitu:
- Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
- Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
- Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
- Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut, perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimna konteksnya dengan teknologi dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah.
Contoh sederhana tapi
mendalam terjadi pada masyarakat mitis. Dalam masyarakat tersebut ada kesatuan
dari pengetahuan dan perbuatan, demikian pula hubungan sosial di dalam suku dan
kewajiban setiap individu jelas. Argumen ontologis, kalau menurut teori Plato,
artinya berteori tentang wujud atau hakikat yang ada. Keadaannya sekarang sudah
berkembang sehingga manusia sudah mampu membedakan antara ilmu pengetahuan
dengan etika dalam suatu sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.
Teori mengenai teknologiTeknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri.
Sebagian beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. Namun, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
Dalam konsep pragmatis dengan kemungkina berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa ilmu pengetahuan (body of knowledge) dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metodi sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani.” (Eugene Staley, 1970).
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengeubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudu “The Technological Society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik. Meskipun untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Batasan ini bukan bentuk teoritis, melainkan perolehan dari aktivitas masing2 dan observasi fakta dari apa yang disebut manusia modern dengan perlengkapan tekniknya. Jadi teknik menurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang sudah distandarisasi dan diperhitungkan sebelumnya.
Fenomena teknik pada masyarakat terkini, menurut Sastrapratedja (1980)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
- Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
- Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
- Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
- Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi
dan saling
bergantung - Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
- otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan
manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagai berikut :
- Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
- Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
- Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
Alvin Tofler (1970) mengumpamakan
teknologi itu sebagai mesin yang besar atau sebuah akselarator (alat
pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan secara kuantitatif dan kualtiatif, maka kiat
meningkat pula proses akselerasi yang ditimbulkan oleh mesin pengubah,
lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan teknologi yang lebih banyak dan lebih
baik lagi.
Teori mengenai kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dituliskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang palin pokok seperti pangan, pakaian, tmpat berteduh,dll.(Emil Salim,1982). Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
- Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
- Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
- Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Tika Bisono: Anak-anak Indonesia Harus Tahu Perkembangan TI
Sumber: Kompas.com
SELASA, 19 FEBRUARI 2008 | 19:04 WIB
JAKARTA, SELASA – Selama beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi informasi (TI) semakin maju sejalan dengan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Pengenalan terhadap perangkat teknologi pun seharusnya sudah dilakukan sejak dini agar tidak “gaptek” atau gagap teknologi di era globalisasi yang semakin berkembang apalagi di Indonesia.
“Anak-anak Indonesia seharusnya sudah dikenalkan pada teknologi itu sejak pre-school. Sekitar usia empat tahun.” ujar Tika Bisono, dalam acara Memanfaatkan Perangkat Tehnologi untuk Pengembangan Kreativitas Anak, di Kidzania, Jakarta, Selasa (19/2).
Menurut Tika Bisono, penggunaan teknologi informasi yang semakin canggih pada anak-anak, seharusnya mendapat pendampingan dari orang tua. “Orangtua dapat mengarahkan anak-anak dalam penggunaan perangkat-perangkat teknologi tersebut, sehingga penggunaannya tidak melewati batas-batasnya. Tapi orangtuanya harus belajar dulu. Ya perlu semacam edukasi teknologi untuk orangtua,” ujar Tika.
Menurut hasil penelitian lembaga riset pasar ritel dan konsumen global, NPD Group yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat, pada pertengahan 2007, anak-anak usia empat sampai lima tahun yang berada di Amerika Serikat, paling sering menggunakan perangkat teknologi komputer.
Walaupun penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat namun hasilnya bisa menjadi sebuah rujukan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan meningkatnya fenomena anak-anak yang akrab dengan dunia TI.
Tika mengungkapkan saat ini anak-anak kelas menengah keatas di Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), karena memiliki akses yang memadai. “Ini seharusnya menjadi sorotan pemerintah. Bagaimana anak-anak menengah ke bawah pun bisa memiliki akses untuk tahu tentang kemajuan teknologi,” tambah Tika.
Dari studi kasus diatas pembangunan ekonomi di Indonesia memang belum merata disetiap daerah. Hal ini dapat dibuktikan dari masih minimnya sarana teknologi untuk siswa-siswa yang masih tinggal di daerah terpencil.
Pengenalan teknologi yang seharusnya sudah diperkenalkan sejak dini oleh orang tua dapat memperkecil kemiskinan dari dampak perubahan teknologi yang berkembang secara tidak merata sehingga masih terdapat daerah-daerah di Indonesia ini yang belum tersentuh oleh teknologi secara langsung.
Perkembangan teknologi secara merata dan menyeluruh akan membuat suatu daerah itu menjadi maju dan memiliki sumber daya yang berkualitas.
Kaitan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”.
Ilmu pengetahuan sebagai suatu bahan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang dibuat untuk memproduksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu – ilmu pengetahuan yang terkandung dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Pengertian Agama
Pengertian agama menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia serta lingkungannya. Kata agama berasal dari Bahasa
sansekerta yang berarti tradisi, sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep
ini adalah religi yang berasal dari Bahasa latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan religi
seseorang mengikat dirinya kepada tuhan. Pengertian agama menurut M. Hasbi
Alshiddiqy adalah tuntunan yang melengkapi segala segi dan suatu peruangan
untuk memperoleh kekayaan dunia dan kesentosaan akhirat, pengertian agama
menurut Emile Durkheim adalah suatu sisten yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Pengertian Masyarakat
- Peter l. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan .
- Karl Marx, definisi masyarakat ialah keseluruhan hubungan – hubungan ekonomis, baik produksi maupun konsumsi, yang berasal dari kekuatan-kekuatan produksi ekonomis, yakni teknik dan karya.
- Gillin & Gillin, definisi masyarakat adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.
- Harold j. Laski, definisi masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.
- Robert Maciver, definisi masyarakat adalah suatu sistim hubungan-hubungan yang ditertibkan (society means a system of ordered relations)
- Selo Soemardjan, definisi masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
- Horton & Hunt, definisi masyarakat adalah suatu organisasi manusai yang saling berhubungan.
- Mansur Fakih, definisi masyarakat adalah sesuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan masing-masing bagian secara terus menerus mencari keseimbangan (equilibrium) dan harmoni.
- Emile Durkheim, definisi masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
- Paul b. Horton & c. Hunt, definisi masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama , tinggal di suatu wilayah tertentu , mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut .
Hubungan Agama dengan Masyarakat
Telah kita ketahui Indonesia
memiliki banyak sekali budaya dan adat istiadat yang juga berhubungan dengan
masyarakat dan agama. Dari berbagai budaya yang ada di Indonesia dapat
dikaitkan hubungannya dengan agama dan masyarakat dalam melestraikan
budaya.Sebagai contoh budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi umat
hindu Bali yang sampai sekarang masih terjaga kelestariannya.
Hal ini membuktikan bahwa agama
mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai patokan utama dari
masyarakat untuk selalu menjalankan perintah agama dan melestarikan
kebudayaannya.Selain itu masyarakat juga turut mempunyai andil yang besar dalam
melestarikan budaya, karena masyarakatlah yang menjalankan semua perintah agama
dan ikut menjaga budaya agar tetap terpelihara.
Selain itu ada juga hubungan
lainnya,yaitu menjaga tatanan kehidupan.Maksudnya hubungan agama dalam
kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan membentuk kehidupan
yang harmonis,karena ketiganya mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain.
Sebagai contoh jika kita rajin beribadah dengan baik dan taat dengan peraturan
yang ada,hati dan pikiran kita pasti akan tenang dan dengan itu kita dapat
membuat keadaan menjadi lebih baik seperti memelihara dan menjaga budaya kita
agar tidak diakui oleh negara lain.
Namun sekarang ini agamanya hanyalah
sebagi symbol seseorang saja. Dalam artian seseorang hanya memeluk agama, namun
tidak menjalankan segala perintah agama tersebut. Dan di Indonesia mulai banyak
kepercayaan-kepercayaan baru yang datang dan mulai mengajak/mendoktrin
masyarakat Indonesia agar memeluk agama tersebut. Dari banyaknya
kepercayaan-kepercayaan baru yang ada di Indonesia, diharapkan pemerintah mampu
menanggulangi masalah tersebut agar masyarakat tidak tersesaat di jalannya. Dan
di harapkan masyarakat Indonesia dapat hidup harmonis, tentram, dan damai antar
pemeluk agama yang satu dengan lainnya.
Kaitan Agama Dalam Masyarakat
Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama
dalam masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan
keseluruhannya secara utuh.
- Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan
terbelakang. Anggota masyarakatnya menganut agama yang sama. Sebab itu,
keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama.
Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain.
Sifat-sifatnya: agama memasukkan pengaruhnya yang
sakral ke dalam sistem masyarakat secara mutlak, nilai agama sering
meningkatkan konservatisme dan menghalangi perubahan dalam masyarakat dan agama
menjadi fokus utama pengintegrasian dan persatuan masyarakat secra keseluruhan
yang berasal dari keluarga yang belum berkembang.
- Mayarakat-masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang
Masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan
teknologi. Agama memberi arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap
masyarakat,pada saat yang sama, lingkungan yang sakral dan yang sekular masih
dapat dibedakan. Fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-upacara tertentu.
Di pihak lain, agama tidak memberikan dukungan sempurna terhadap aktivitas
sehari-hari, agama hanya memberikan dukungan terhadap adat-istiadat.
Pendekatan rasional terhadap agama dengan penjelasan
ilmiah biasanya akan mengacu dan berpedoman pada tingkah laku yang sifatnya
ekonomis dan teknologis dan tentu akan kurang baik. Karena adlam tingkah laku,
tentu unsur rasional akan lebih banyak, dan bila dikaitkan dengan agama yang
melibatkan unsur-unsur pengetahuan di luar jangkauan manusia (transdental),
seperangkat symbol dan keyakinan yang kuat, dan hal ini adalah keliru. Karena
justru sebenarnya, tingkah laku agama yang sifatnya tidak rasional memberikan
manfaat bagi kehidupanmanusia.
Agama melalui wahyu atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat di dunia dan akhirat. Dalam perjuangannya, tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut, perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehiduapan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan. Adanya organisasi keagamaan, akan meningkatkan pembagian kerja dan spesifikasi fungsi,juga memberikan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan ekspresif dan adatif.
Agama melalui wahyu atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat di dunia dan akhirat. Dalam perjuangannya, tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut, perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehiduapan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan. Adanya organisasi keagamaan, akan meningkatkan pembagian kerja dan spesifikasi fungsi,juga memberikan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan ekspresif dan adatif.
Cara Beragama
- Tradisional , yaitu cara beragama berdasarkan tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaannya.
- Formal , yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungan atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragama orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh, pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
- Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agama dengan pengetahuan, ilmu ,dan pengamalannya.
- Metode pendahulu, yaitu cara beragamaberdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu ,untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu ,pengamalan dan penyebaran (dakwah). Merekaselalu mencari ilmu dulu kepada orang yang di anggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang di bawa oleh utusan misalnya Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Fungsi Agama dalam Masyarakat
Agama juga merupakan salah satu prinsip yang (harus)
dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka.
Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan
manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari. Adapun fungsi agama adalah
sebagai berikut :
- Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral. Dalam setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.
- Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa mayarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
- Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya “moralisasi” anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua, bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak berjudi. Maka perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan suara hatinya.
- Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
- Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
- Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
- Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
- Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar “Civil Society” (kehidupan masyarakat) yang memukau.
- Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
- Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Alloh, itu adalah ibadah.
Kesimpulan
- Pengertian agama menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
- Peter l. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan .
- Agama mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai patokan utama dari masyarakat untuk selalu menjalankan perintah agama dan melestarikan kebudayaannya.
- Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama dalam masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, yaitu masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sacral, masyarakat-masyarakat perindustrian yang sedang berkembang.
- Cara beragama masyarakat Indonesia adalah tradisional, formal, rasional, metode pendahuluan.
- Fungsi agama dalam masyarakat adalah sebagai pengukuhan nilai-nilai, penentu, sosialisasi individu, pendidikan, penyelamat, perdamaian, kontrol sosial, pemupuk rasa solidaritas, pembaharuan, kreatif, sublimatif.
- Masalah fungsionalisme agama dapat dinalisis lebih mudah pada komitmen agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi.
- Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama. Pelembagaan Agama di Indonesia yang mengurusi agamanya adalah MUI, PGI, KWI, Parisada, MBI, Matakin.
- Konflik yang terjadi antara umat beragama diantaranya konflik antar yahudi dan nasrani, konflik islam dan Kristen, konflik yahudi dan islam.
- Faktor konflik umat beragama adalah tida mengamalkan pancasila, kurang menghormati antar umat beragama, adanya kesalahpahaman anatar umat beragama.
- Upaya antisipasi konflik agama adalah saling mentautkan hati, tidak adanya pengelompokan etnis, berbaur.
Tulisan 4
Potret Kemiskinan Anak di Indonesia :
Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan sudah menjadi suatu fenomena yang selalu
hangat untuk diperbincangkan di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Memang tak mudah bagi suatu negara untuk mengetaskan penduduknya dari belenggu
kemiskinan, butuh suatu kebijakan yang komprehensif dan berkesinambungan.
Potret Kemiskinan Anak di Indonesia Tahun 2016 :
Data BPS menunjukkan sejak tahun
1997 hingga tahun 2016, jumlah penduduk miskin Indonesia cenderung mengalami
penurunan. Tentunya itu merupakan suatu pencapaian yang baik bagi pemerintah
dalam upaya pengetasan kemiskinan. Akan tetapi dalam kurun waktu lima tahun
terakhir, laju penurunan jumlah penduduk miskin mengalami perlambatan.
Seolah-olah pemerintah sudah kehabisan bahan bakar untuk terus menekan jumlah
penduduk miskin. Tabel 1 dibawah ini menunjukkan perkembangan jumlah dan
persentase penduduk miskin di Indonesia dari tahun 1997-2016.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah dan
Persentase Penduduk Miskin di Indonesia dari Tahun 1997 hingga 2016

perhitungan dan analisis kemiskinan makro indonesia
2016. BPS
Kemiskinan merupakan momok yang bagi semua orang, tak
terkecuali bagi anak-anak. Bisa dikatakan anak-anak dari keluarga miskin
merupakan korban sesungguhnya dari kebiadapan kemiskinan.
Sebagian besar hak-hak dasar mereka sebagai anak-anak
seperti pendidikan, kesehatan, maupun tempat tinggal yang layak, semuanya
terampas karena mereka terlahir dari keluarga miskin. Seakan-akan kesempatan
mereka untuk bisa menyenyam kehidupan yang layak dimasa mendatang semakin kecil
lantaran hak-hak dasar mereka sebagai anak yang notabene merupakan masa-masa
tumbuh berkembang dirampas oleh kemiskinan.
Lingkaran kemiskinan sudah bagaikan benang kusut yang
sangat susah untuk diurai. Kemiskinan adalah warisan. Mungkin itu sangat cocok
untuk menggambarkan fenomena kemiskinan.
Orang yang miskin kemungkinan besar mereka dulu
dibesarkan oleh orang tua yang miskin pula. Bisa jadi sampai cicit-cicit mereka
rentai kemiskinan itu tetap exsis. Memang sangat susah bagi seseorang yang
terlahir dari keluarga miskin, keluar dai lingkaran kemiskinan. Seakan semua
itu warisan keluarga yang harus diterima dan dihadapi.
Butuh kerja keras dan kesadaran dari semua pihak untuk
keluar dari lingkaran kemiskinan, baik itu dari orangtuanya sendiri dan dari
sang anak itu sendiri. Kesadaran orang tua untuk memberikan dan memenuhi
hak-hak anaknya guna mendapatkan kesempatan yang luas di dunia pendidikan dan
kesehatan. Dua dimensi inilah kunci bagi seorang anak untuk bisa keluar dari
lingkaran kemiskinan.
Kemiskinan Anak di Indonesia
Pada bulan Juli 2017 silam, BPS berkerjasama dengan
UNESCO untuk pertama kalinya mempublikasi analis kemiskinan anak dan Deprivasi
Hak-Hak Dasar Anak di Indonesia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2016, di tahun 2016 tercatat 13,31 persen anak di
Indonesia hidup dalam belenggu kemiskinan.
Definisi anak miskin yang dibahas disini memiliki
konsep seperti konsep kemiskinan secara umumnya, yaitu anak yang hidup dalam
rumah tangga dengan pengeluaran perkapitanya dibawah garis kemiskinan (garis
kemiskinan Maret tahun 2016 adalah Rp 354.386 /kapita/bulan).
Dari semua kelompok umur (anak-anak, remaja, pemuda
dan lansia), kelompok anak-anaklah yang mempunyai jumlah persentase kemiskinan
tertinggi. Hal ini diduga karena tingkat ketergantungan anak terhadap orang tua
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka masih tinggi. Selain itu, masih
rendahnya kemandirian mereka dari segi ekonomi juga menjadi salah satu penyebab
tingginya angka kemiskinan anak.
Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan
Anak
Daerah Tempat Tinggal (Pedesaan dan
Perkotaan)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
kemiskinan anak, diantaranya yaitu daerah tempat tinggal (perkotaan dan
pedesaan) dan karakteristik rumah tangga. Persentase anak miskin di daerah
pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan yang berada di perkotaan.
Hal ini selaras dengan data kemiskinan makro yang
menunjukkan jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih banyak daripada penduduk
miskin di perkotaan. Anak yang tinggal dalam keluarga yang miskin, akan
terseret dalam lubang kemiskinan yang telah dibuat oleh silsilah keluarganya.
Ini bisa diibaratkan sebagai efek berantai. Orang tua yang hidup dalam kemiskinan
akan melahirkan anak yang miskin pula.
Karakteristik Rumah Tangga
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga
Memang tak bisa dipungkiri lagi jika laki-laki memang
dikodratkan sebagai kepala rumah tangga sekaligus tulang punggung keluarga.
Berdasarkan hasil Analisis Kemiskinan Makro (BPS,2016), menyebutkan persentase
wanita yang mengepalai rumah tangga miskin lebih besar daripada persentase
rumah tangga tidak miskin.
Dari hasil analisis tersebut terlihat jelas bahwa
rumah tangga yang dikepalai oleh seorang perempuan mempunyai resiko jatuh
miskin lebih besar daripada yang dikepalai oleh laki-laki. Sehinnga, anak-anak
yang hidup bersama kepala rumah tangga perempuan mempunyai peluang lebih besar
untuk hidup dalam kemiskinan daripa hidup bersama kepala rumah tangga
laki-laki.
Pendidikan Kepala Rumah Tangga
Pendidikan kepela rumah tangga juga mempengaruhi
kemiskinan anak. Lebih dari 70 persen anak miskin tinggal bersama kepala rumah
tangga dengan pendidikan tamat SD ke bawah. Hal ini mengindikasikan bahwa peran
pendidikan sangat vital dalam pengetasan kemiskinan.
Meskipun tidak ada hubungan langsung antara pendidikan
dan kemiskinan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak akan semakin besar.
Oleh karena itu, untuk menyukseskan program pengetasan
kemiskinan, pemerintah harus mengedepankan sektor pendidikan. Hasilnya memang
tak langsung dirasakan seperti halnya program Bantuan Langsung Tunai (BLT),
akan tetapi untuk investasi jangka panjang. Pembangunan kualitas sumberdaya
manusia merupakan modal yang sangat bagus buat kelangsungan suatu bangsa dan
negara.
Jumlah Anggota Rumah Tangga
Jumlah anggota rumah tangga juga turut mempengaruhi
kemiskinan anak. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangganya, semakin besar
pula peluang terjadinya fenomena kemiskinan anak. Dari hasil analisis
diperoleh, bahwa satu dari empat anak yang tinggal di rumah tangga yang
mempunyai jumlah anggota rumah tangga lebih dari tujuh akan mengalami
kemiskinan.
Memang tak bisa dipungkiri lagi, semakin banyak
anggota rumah tangga, maka beban pengeluaran rumah tangga tersebut akan semakin
besar. Jika terjadi guncangan ekonomi, maka anak-anak lah yang menjadi
korbannya, entah itu putus sekolah ataupun munculnya pekerja anak.
Status Migran/Bukan Migran Kepala
Rumah Tangga
Hasil kajian dari publikasi BPS Analisis Kemiskinan
Anak dan Deprivasi Hak-Hak Dasar Anak 2016 menyebutkan bahwa anak yang tinggal
bersama kepala rumah tangga bukan migran akan mengalami peluang dua kali lebih
besar untuk hidup dalam kemiskinan daripada anak yang tinggal bersama kepala
rumah tangga migran.
Kesempatan kerja yang lebih baik di perantauan akan
memberikan penghidupan yang lebih layak dari segi ekonomi maupun dalam
memperoleh fasilitas-fasilitas dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan
fasilitas umum lainnya. Selain itu, tentunya ada perbedaan cara pandang orang
migran dan bukan migran, semangat untuk memperbaiki kualitas hidup dari segi
ekonomi maupun sosial membuat mereka lebih bekerja keras dan berpikiran lebih
terbuka.
Sumber : Publikasi BPS Juli 2017, "Analisis
Kemiskinan Anak dan Deprivasi Hak-Hak Dasar Anak di Indonesia."
Solusi Atau
Pendapat Dari Kemiskinan Yang Ada Di Indonesia :
Masalah
kemiskinan menjadi masalah utama dan penting karena kemiskinan menyangkut
kesenjangan dan pengangguran. Perlu kita ketahui sebagian besar penduduk miskin
di Asia Tenggara tinggal di Indonesia. Penanggulangan kemiskinan ditempatkan
secara utuh dalam rangka penyelenggaraan pembangunan nasional. Program
penanggulangan kemiskinan harus bertumpu pada peran serta aktif dan
produktivitas rakyat diupayakan untuk menumbuhkan kemandirian penduduk miskin.
Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terkait lainnya patut mendapat acungan
jempol atas berbagai usaha yang telah dijalankan dalam membentuk strategi
penanggulangan kemiskinan. Segala program penanggulangan kemiskinan yang telah
dan akan dilakukan pemerintah sudah sepatutnya kita dukung bersama.
Dimulai dari
awal orde baru, pemerintah telah melakukan berbagai upaya penanggulangan
kemiskinan, baik melalui pendekatan sektoral, regional, kelembagaan, maupun
strategi dan kebijakan khusus. Program-program tersebut meliputi Program Inpres
Desa Tertinggal, Kredit Usaha Tani, UPPKS dan Gerdu Taskin, serta Program
Kredit-kredit Mikro dari BRI.
Sementara di
pemerintahan yang sedang berjalan juga menghadapi hal yang sama yaitu strategi
atau cara penanggulangan kemiskinan. Perdebatan mengenai angka kemiskinan yang
masih besar dan konsep penanggulangannya sekarang ini tidak diperlukan lagi.
Karena hal tersebut justru akan menghabiskan waktu dan energi. Rakyat miskin
kita tidak membutuhkan perdebatan retorika yang berkepanjangan. Mereka butuh
suatu konsensus kebijakan kemudian diimplementasikan. Maka dari itu hal ini
menjadi pekerjaaan rumah tersendiri bagi pemerintahan yang sedang berjalan.
Rakyat mengharapkan suatu penajaman konsep program Penajaman program bisa juga
dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap program dengan memperhatikan
kelemahan-kelemahan yaitu kesulitan yang dihadapi dan kelebihan dari program
penanggulangan kemiskinan tersebut.
Tetapi pada intinya penanganan berbagai
masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan. Kita
banyak melihat bahwa selama ini pemerintahan menyelesaikan dan
mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah
berjalan. Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikut
ini akan dijabarkan beberapa langkah dan strategi cara penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan pemerintah :
A. Perbaikan pada
Masalah sektor Kesehatan
Masalah
kesehatan menjadi sangat vital bagi semua kalangan. Kesehatan adalah kunci
hidup nomor satu. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan.
Hidup mereka hanya sedikit diatas garis kemiskinan nasional dan mempunyai
pendapatan kurang dari US$2 per hari. Pendapatan itu hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup saja (makan, minum). Sehingga dengan pendapatan yang hanya
sebesar itu tidak akan cukup mengcoverage kebutuhan kesehatan. Di bidang
kesehatan diupayakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
makin merata melalui peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan.
Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mengatasinya dari ASKESKIN,
JAMKESMAS maupun adanya Pengobatan gratis yang dilakukan rutin. Tetapi yang
menjadi masalah saat ini adalah bagaimana pelayanan masyarakat penggunan
ASKESKIN yang sering kurang diutamakan, sering terjadi pembedaan dan lain
sebagainya. Peta pembedaan ini menjadi masalah tersendiri yang harus segera
diselesaikan.
Mungkin kita
juga kurang melihat dan mengerti bahwa pada kenyataannya kesehatan masyarakat
itu bisa dilihat dari sistem sanitasi rumahnya. Pemerintah selama ini kurang
memperhatikan faktor ini. Hal ini bisa dilihat dari kasuks krisis
penyediaan fasilitas sanitasi. Anggaran dari pemerintah belum bisa menghandle
adanya pembangunan sanitasi yang baik. Efeknya bisa dilihat dari penduduk
miskin yang cenderung menggunakan air dari sungai yang telah tercemar. Bahkan
di Ibukota atau di kora-kota besar tempat tinggal mereka cenderung berada di
tempat pembuangan limbah. Maka dari itu ada beberapa pilihan untuk mengatasinya
dari mengadakan suatu konsensus nasional untuk membahas mengenai pembiayaan
fasilitas sanitasi dan mendorong pemerintah daerah untuk membangun fasilitas
tersbut melalui dana alokasi khususnya (DAK) Untuk keseluruhan solusinya harus
ada pengkajian ulang mengenai anggaran dan kebijakan yang fokus pada masalah
kesehatan dan sanitasi. Proporsi anggaran APBN harus bisa menjadikan pemecah
masalah ini. Pembangunan sarana-prasarana yang baik sejatinya terus dilakukan
dengan diimbangi dengan kesadaran sosial masyarakat akan arti pentingnya
kesehatan. Dengan peningkatan mutu kesehatan, rakyat lebih mampu berperan serta
secara aktif dalam pembangunan sehingga pendapatannya juga meningkat.
B. Perbaikan
pada Masalah Sektor Pendidikan
Salah satu
langkah dari strategi dan cara menanggulangi kemiskinan adalah perbaikan atas
kualitas pendidikan. Menurut saya, Indonesia telah mencapai hasil yang
memuaskan dalam meningkatkan partisipasi di tingkat pendidikan dasar 9tahunnya.
Hanya saja masih ada keluarga miskin yang terpaksa tidak bisa melanjutkan
sekolah dan efeknya keluar dari sekolah. Penyebab yang utama dari masalah diatas
adalah mahalnya biaya pendidikan yang juga diikuti oleh buruknya kualitas
pendidikan. Kedua kondisi itu merupakan potret nyata dunia pendidikan kita.
Lihat saja pada masa 1970-1980an kita mengirim banyak tenaga ahli ke Malaysia
dan Singapura untuk menjadi tenaga pendidik disana. Tetapi kondisi itu berbalik
arah dengan yang terjadi sekarang. Justru orang-orang Singapura dan Malaysialah
yang datang ke Indonesia untuk menjadi tenaga pengajar atau mahasiswa Indonesia
yang banyak meneruskan kuliah disana. Pemerintah dapat memperbaiki kualitas
pendidikan dan mencegah terputusnya pendidikan masyarakat miskin dengan cara
- Membantu pembiayaan pendidikan yang bertumpu pada peran sekolah. Langkah tersebut bisa dilakukan melalu penyediaan dana bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin. Dana pendidikan yang berasal dari pemerintah pusat bisa disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan didaerah. Penyaluran dana itu bisa dalam bentuk dana alokasi khusus (DAK) Peranan ini kemudian menjadi satu target untuk membantu sekolah-sekolah didaerah yang menyediakan pendidikan bagi masyarakat miskin serta tidak dapat memenuhi standar yang dibutuhkan. Tetapi harus ada sinergi antara pemberian dana bantuan dan kondisi perbaikan mutu pendidikan sekolah. Maka dari sinergi keduanya akan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
- Penyediaan sarana prasarana pendidikan
Sering kita
melihat dilayar televisi banyak gedung sekolah yang kurang terurus padahal
anggaran pendidikan di negara kita mencapai 20%. Banyak berita yang melansir
adanya buruknya gedung sekolah, ambruknya gedung sekolah telah menyadarkan
kita. Betapa buruknya kualitas sarana-prasarananya. Pemerintah hanya mengembar-ngemborkan
anggaran pendidikan yang mencapai 20% . Jika melihat gedung sekolah yang
ambruk dan lokasi tak jauh dari Istana presiden itu menjadi tamparan keras bagi
pemerintah. Apa yang salah?
Sekarang kita
tidak perlu mencari-cari penyebab kesalahan dari masalah ini. Penyelesaian dan
solusi menjadi hal yang harus kita bicarakan bersama. Banyaknya permasalahan
sarana dan prasarana sekolah harus menjadi fokus utama sekolah. Bangunan
sekolah menjadi suatu tempat peneduh bagi para anak sekolah. Perlunya
penanganan dan bantuan perbaikan gedung sekolah seharusnya menjadi prioritas
utama. Tetapi kenyataannya tidak, sekolah yang bangunannya ambruk dan meminta
bantuan pada pemerintah melalui dinas pendidikannya mendapat respon yang
lambat. Kalau saja prosedur yang salah atau prosedur yang complicated?
Kenapa hal ini harus terjadi?
Solusi utama
adanya pembiayaan sarana dan prasarana juga harus masuk kedalam ranah anggaran
pendidikan. Menurut saya, selama ini yang salah bukan pemerintah. Tetapi sistem
yang ada. Misalnya mengenai sistem dan prosedur meminta bantuan perbaikan
sarana prasarana yang seharusnya itu mudah dan cepat terealisasikan justru
malah menjadi sebaliknya dan memunculkan masalah-masalah baru. Pembenahan pada
sistem harus segera dibenahi serta adanya kesadaran dari masing-masing pihak
yang kemudian keduanya menjadi solusi utamanya.
Guna menjamin
keberhasilan berbagai program di atas, sarana dan prasarana pendidikan, seperti
gedung sekolah dan laboratorium, terus ditingkatkan dan lebih didayagunakan.
Gedung sekolah yang sudah ambruk sudah sewajarnya diperbaiki melalui dana
pemerintah ditambah swadaya masyarakat.
- Peningkatan kualitas tenaga pengajar
Tenaga
pengajar cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan
pendidikan di Indonesia. Adanya tenaga pendidik yang profesional dan kapabel
akan memberikan efek positif terhadap kualitas sumber daya manusiannya.
Diantara dari sekian banyak program peningkatan kualitas tenaga pengajar yang
paling penting dan terkenal adalah sertifikasi. Sertifikasi banyak efek positif
dan negatifnya. Tetapi disini saya memandang bahwa sertifikasi itu merupakan
stimulus bagi tenaga pendidik untuk menjadi yang lebih baik. Hal ini bisa
dilihat dari syarat untuk sertifikasi, tenaga pendidik yang tidak memenuhi
syarat tersebut tidak akan lolos sertifikasi. Tetapi yang menjadi pertanyaan
seberapa signifikankah program sertifikasi menjadikan peningkatan kualitas
tenaga pendidik dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas? Jawabannya
adalah tergantung pada masing-masing tenaga pendidik. Sejatinya mereka harus
sadar akan peranan vitalnya nya dalam pembangunan sumber daya manusia. Tanpa
menyalahkan program sertifikasi bahwa hal tersebut merupakan suatu bentuk
pemborosan anggaran, tetapi itulah stimulus yang efektif untuk meningkatkan
kualitas tenaga pendidik. Disamping melalui berbagai pendidikan dan latihan
(diklat) tenaga pendidik. Pendidikan dan pembinaan guru serta tenaga pendidikan
lainnya, termasuk tenaga pendidikan di luar sekolah, ditingkatkan mutunya
dan pelaksanaannya diselenggarakan secara terpadu
C. Perbaikan Kualitas Jalan dan Listrik
Khususnya bagi Pedesaan
Berbagai
pengalaman di negara-negara seperti China, Vietnam dan juga di Indonesia
sendiri menunjukkan bahwa pembangunan jalan di area pedesaan merupakan salah
satu cara yang efektif dalam mengurangi kemiskinan. Jalan nasional dan jalan
provinsi di Indonesia relatif dalam keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari
jalan kabupaten berada dalam kondisi yang buruk. Sementara itu lima persen dari
populasi, yang berarti sekitar 11 juta orang, tidak mendapatkan akses jalan
untuk setahun penuh. Hal yang sama dapat terlihat pada penyediaan listrik. Saat
ini masih ada sekitar 6000 desa orang belum menikmati tenaga listrik (Data
BPS). Meskipun permasalahan tersebut sangat kompleks dan rumit, namun solusinya
bisa terlihat jelas :
- Menjalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan dan di tingkat kabupaten. Program pembangunan jalan tersebut juga dapat meningkatkan penghasilan bagi masyarakat miskin dan mengurangi pengeluaran mereka, disamping memberikan stimulasi pertumbuhan pada umumnya. Berbicara mengenai solusi pembiayaannya, program tersebut bisa dibiayai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana pembangunan yang ada harus ditargetkan pada daerah-daerah yang mempunyai kondisi dan kualitas jalan yang buruk. Hal ini bisa dilihat dari peta lokasi kemiskinan dan peta kondisi halan yang keduanya menjadu alat untuk mengidentifikasi peta kondisi jalan. Tidak luap masyarakat setempat harus dilibatkan agar hasilnya dapat sesuai dengan kebutuhan mereka yang kemudian menjamin tersedianya pemeliharaan jalan secara lebih baik.
- Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang belum menikmati tenaga listrik.
Kompetisi
pada sektor kelistrikan harus ditingkatkan dengan memperbolehkan perusahaan
penyedia jasa kelistrikan untuk menjual tenaga listrik yang mereka hasilkan
kepada PLN. Akses pada jaringan yang dimiliki PLN juga patut dibuka dalam
rangka meningkatkan kompetisi tersebut. Penyusunan rencana pelaksanaan dengan
lebih terinci atas dua skema subsidi yang ada sangatlah diperlukan, untuk
menjamin subsidi tersebut tidak menghambat penyediaan listrik secara lebih
luas.
D. Membangun Lembaga-Lembaga Pembiayaan Mikro yang Memberi
Manfaat pada Penduduk Miskin
Data BPS
menunjukkan bahwa sekitar 50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik
terhadap lembaga pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening
tabungan. Kondisi ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya
bukanlah dengan memberikan pinjaman bersubsidi ataupun berbiaya. Melihat
kenyataannya rakyat miskin cenderung tidak mau meminta pinjaman dari Bank dan
justru meminjam uang dari bank plecit yang transaksinya dilakukan
dengan cara door to door. Padahal bank plecit tersebut
biasanya memberikan biaya pinjaman yang lebih tinggi daripada Bank. Maka dari
itulah dibentuklah lembaga pembiayaan mikro (LPM). Solusi yang lebih tepat
adalah memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial
kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut. Berbagai langkah penting yang
dapat diambil untuk meningkatkan akses penduduk miskin atas kredit pembiayaan
adalah:
- Membangun hubungan antara sektor perbankan dengan LPM, misalnya dengan memberikan kesempatan bagi BKD untuk menjadi agen untuk bank-bank komersial dalam menghimpun dan menyalurkan dana.
- Mengesahkan revisi Undang-Undang Koperasi guna memberikan kerangka hukum yang lebih baik untuk pengembangan pembiayaan mikro, termasuk mewajibkan adanya audit dan pengawasan eksternal bagi koperasi simpan pinjam.
E. Memberikan Lebih Banyak Dana untuk
Daerah-Daerah Miskin
Kesenjangan antar
daerah di Indonesia sangatlah terasa. Hal tersebut bisa terlihat pada kedua
daerah yaitu : Jakarta dengan Kupang. Kondisi itu menjelaskan adanya pemerintah
daerah terkaya di Indonesia mempunyai pendapatan per penduduk 46 kali lebih
tinggi dari pemerintah di daerah termiskin. Akibatnya pemerintah daerah yang
miskin sering tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat
membantu masalah ini. Untuk memecahkan masalah tersebut, pemerintah dapat
melakukan beberapa langkah (Indonesian Brief Policy) seperti :
- Memperbaiki formulasi Dana Alokasi Umum (DAU) agar memungkinkan pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan dasar yang cukup baik. DAU dimaksudkan untuk membantu kesenjangan keuangan antar daerah berdasarkan formula yang memperhitungkan tingkat kemiskinan, luas wilayah, jumlah penduduk, biaya hidup dan kapasitas fiskal. Tetapi pada kenyataannya, dana ini masih dialokasikan berdasar pola pengeluaran pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu penetapan besar DAU harus lebih banyak didasarkan formula di atas, bahkan dengan memberikan porsi yang lebih besar pada tingkat kemiskinan.
2. Meningkatkan
pemberian Dana Alokasi Khusus untuk menunjang target program nasional
pengentasan kemiskinan. DAK dapat menjadi insentif bagi pemerintah daerah untuk
memenuhi target penurunan tingkat kemiskinan. Oleh karena itu DAK harus
ditingkatkan fungsinya dan dikaitkan dengan program pengentasan kemiskinan,
termasuk infrastruktur di daerah pedesaan, kesehatan, pendidikan, serta
penyediaan air bersih dan sanitasi. Daerah yang lebih miskin harus dapat
menerima DAK yang lebih besar, mengingat DAU belum dapat memperkecil
kesenjangan pembiayaan antar daerah. Peningkatan DAK dapat dilakukan dengan memotong
anggaran pemerintah pusat di daerah melalui departemen teknis, yang selama ini
dikenal sebagai Daftar Isian Proyek (DIP).
3. Merancang Perlindungan Sosial yang Lebih Tepat Sasaran Program
perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta
subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran dengan
baik. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia mengeluarkan Rp 74 trilliun untuk
perlindungan sosial. Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang kesehatan
dan pendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati oleh penduduk
miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak dinikmati oleh masyarakat
mampu. Secara rata-rata, rumah tangga miskin hanya memperoleh subsidi sebesar
Rp12.000 untuk beras dan Rp 9.000 untuk minyak tanah setiap bulannya.
Pemerintah dapat menjalankan program bantuan dengan menggunakan peta kemiskinan
memberikan informasi mengenai kecamatan-kecamatan termiskin yang patut
mendapatkan bantuan. Bantuan perlindungan sosial bisa berupa 9 kebutuhan pokok
atau sembako.
Sumber
: